Titik Kritis: Bahasan Sertifikasi Halal yang Jarang Dipahami Pelaku Usaha

Ilustrasi titik kritis

Jakarta – Dalam proses sertifikasi halal, masih banyak pelaku usaha terutama di sektor mikro dan kecil yang belum memahami secara menyeluruh tentang titik kritis kehalalan. 

Padahal, titik kritis merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga kehalalan suatu produk. Lalu, apa itu Titik Kritis dalam Sertifikasi Halal?

Titik kritis adalah tahapan atau komponen dalam proses produksi yang berpotensi menyebabkan suatu produk menjadi tidak halal, baik karena penggunaan bahan terlarang, tercemar bahan najis, maupun proses produksi yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Contoh titik kritis yang umum tapi sering diabaikan:

  • Bahan tambahan makanan, seperti emulsifier, flavor, gelatin, enzim, dan pewarna yang bisa berasal dari hewan yang tidak halal atau tidak disembelih sesuai syariat.
  • Proses pencucian atau pengolahan menggunakan air yang tidak bersih atau alat yang sebelumnya digunakan untuk produk non-halal.
  • Kontaminasi silang saat menyimpan, memasak, atau mengemas produk, terutama di dapur atau pabrik yang menangani berbagai jenis produk.

Mengapa Titik Kritis Sangat Penting?

Baca Artikel Menarik Lainnya: Gebrakan BPJPH: Sertifikasi Halal Wajib bagi UMKM, Apa Manfaat dan Dampak Positifnya bagi Perekonomian Nasional?

Memahami titik kritis adalah kunci untuk menyusun Proses Produk Halal (PPH) yang aman dan sesuai standar. 

Tanpa pemetaan titik kritis, pelaku usaha bisa secara tidak sadar menggunakan bahan atau proses yang bertentangan dengan prinsip halal, meskipun niat awalnya adalah menyajikan produk halal.

Menurut peraturan BPJPH, identifikasi titik kritis adalah bagian dari kewajiban dalam Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH). 

Artinya, meskipun suatu produk sudah bersertifikat halal, pengabaian terhadap titik kritis dapat merusak integritas dan kehalalan produk tersebut di kemudian hari.

Bagaimana Mengidentifikasi Titik Kritis?

  1. Telusuri semua bahan baku dan tambahan: Cek asal-usul dan sertifikasi bahan, terutama yang berasal dari hewani atau bersifat kimiawi.
  2. Evaluasi proses produksi: Pastikan tidak ada peralatan yang terkontaminasi bahan non-halal.
  3. Lakukan pelabelan dan pemisahan yang ketat: Pisahkan alat, tempat penyimpanan, dan proses antara produk halal dan non-halal.
  4. Konsultasikan dengan pendamping PPH: Gunakan jasa lembaga pendamping bersertifikat untuk memvalidasi titik kritis di usaha Anda.

Ingin Pastikan Produk Anda Bebas dari Titik Kritis?

Konsultasikan kebutuhan sertifikasi halal usaha Anda bersama Halal Corridor. Hubungi langsung melalui WhatsApp: 0922 45000 991 atau kunjungi situs resmi Halal Corridor di www.osinapp.com

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *