FOMO: Jangan Korbankan Prinsip Halal demi Makanan Viral

Ilustrasi sekelompok anak muda yang sedang menikmati makanan viral (freepik)

HALAL CORRIDOR – Di era media sosial, kuliner bukan lagi sekadar kebutuhan. Ia berubah menjadi tren, simbol eksistensi, bahkan pencapaian gaya hidup.

Setiap hari, muncul makanan baru yang viral dari minuman kekinian, dessert ala Korea, hingga menu fusion yang tampil estetik di Instagram dan TikTok.

Namun, di balik tampilan yang menggoda, muncul satu fenomena yang cukup mengkhawatirkan yaitu, FOMO alias Fear of Missing Out.

Banyak orang merasa harus mencoba makanan viral, ikut makan di tempat hits, atau mencicipi menu limited edition, hanya karena takut ketinggalan momen.

Sayangnya, dalam euforia ikut-ikutan tren, banyak yang lupa bertanya “Ini halal gak, ya?” Pertanyaan penting ini sering kalah cepat dari nafsu ingin eksis dan membuktikan “aku juga udah nyobain, loh!” Padahal dalam Islam, makanan bukan sekadar pemenuh rasa lapar.

Baca Artikel Menarik Lainnya: Viral Kue Berbentuk Feses, Apakah Halal untuk Dikonsumsi?

Makanan adalah bagian dari ibadah, karena setiap yang masuk ke tubuh kita akan berdampak pada keberkahan hidup dan diterimanya amal.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 168:“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi…”

Ayat ini menegaskan bahwa halal adalah syarat utama konsumsi umat Muslim, bukan sekadar selera atau tren.

Ketika seseorang makan hanya karena takut ketinggalan tren, tanpa mengecek asal-usul makanan, maka ia sedang mengambil risiko besar.

Apalagi jika tempat makan tersebut belum bersertifikasi halal atau mengandung bahan syubhat (meragukan).

Dalam sebuah hadist dikatakan: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara yang samar (syubhat)… maka barang siapa menjaga diri dari perkara syubhat, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Makanan viral yang belum jelas kandungannya, apalagi dijual oleh restoran non-halal, masuk dalam kategori syubhat. Dan dalam Islam, kita dianjurkan untuk meninggalkan yang meragukan demi menjaga kemurnian iman.

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian menjadi ‘Imma’ah’, berkata: ‘Kalau orang lain baik, aku ikut. Kalau mereka buruk, aku ikut juga.’” (HR. Tirmidzi).

Sikap ikut-ikutan tanpa ilmu ini sangat mirip dengan FOMO yang kita lihat hari ini. Orang berbondong-bondong makan di resto viral, hanya karena melihat orang lain juga melakukannya, tanpa bertanya apakah itu sesuai dengan prinsip halal.

Kita harus mengubah mindset dari “takut ketinggalan tren” menjadi “takut kehilangan keberkahan”. Karena makanan yang halal bukan hanya membuat tenang, tapi juga memberi kekuatan spiritual dan keberkahan dalam hidup.

Rasulullah SAW mengingatkan bahwa setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih layak baginya. (HR. Tirmidzi). Ini cukup jadi pengingat betapa seriusnya urusan makanan dalam Islam.

Anak muda zaman sekarang hidup dalam ekosistem digital. Mereka terekspos pada konten kuliner viral setiap hari. Sayangnya, edukasi soal halal belum sekuat arus tren yang menyapu timeline mereka.

Bacaan Lainnya: 6 Langkah Mudah Daftar Sertifikasi Halal untuk UMKM

Bahkan, ada yang rela makan di resto non-halal luar negeri atau mencoba menu haram, hanya demi engagement di media sosial. Padahal, validasi manusia itu sementara tapi pertanggungjawaban di hadapan Allah adalah abadi.

Penting untuk membangun kesadaran bahwa halal itu keren. Banyak kok tempat makan yang viral dan sudah bersertifikat halal. Kita tetap bisa jadi bagian dari tren, tanpa harus mengorbankan prinsip.

Selain itu, biasakan untuk cek label halal dari BPJPH atau tanya ke resto langsung soal bahan-bahannya. Jangan hanya percaya pada “katanya” atau tampilan luar.

Lebih baik terlihat “ketinggalan” daripada sengaja melanggar syariat. Karena Allah tidak menilai seberapa update kita terhadap tren, tapi seberapa teguh kita memegang kebenaran.

FOMO bukan alasan untuk membenarkan apa yang salah. Mari ubah FOMO jadi “Fear of Missing Barakah”, agar setiap makanan yang kita konsumsi bukan hanya enak, tapi juga bernilai ibadah.

Yuk, jadi generasi Muslim yang cerdas, kritis, dan berprinsip. Ingat, makanan halal bukan pilihan terbatas, tapi pilihan terbaik.

Jangan sampai demi satu foto di Instagram, kita kehilangan keberkahan hidup. Karena dalam Islam, makan adalah ibadah bukan sekadar ikut-ikutan. Maka pastikan setiap suapanmu mendekatkanmu pada ridha-Nya, bukan sebaliknya. (AL)

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *