Benarkah Penyembelihan Secara Islam Menyakitkan Hewan?

Benarkah penyembelihan secara Islam menyakiti hewan?

HALAL CORRIDOR – Isu seputar penyembelihan halal kembali menjadi perbincangan panas di media sosial setelah akun X (Twitter) bernama @benonwine membuat unggahan kontroversial yang menyebut bahwa “halal is not compatible with British customs and culture and needs to be banned.

Bahkan, ia membuat jajak pendapat dengan pertanyaan “Do you think halal should be banned because of its cruelty to animals?”

Menariknya, sekitar 82% responden menjawab “No”, sementara hanya 17% yang menjawab “Yes”. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna platform tersebut justru menolak anggapan bahwa sistem halal bersifat menyakitkan terhadap hewan.

Menanggapi hal ini, Fadia Mutiara, General Manager Halal Corridor, menyatakan dengan tegas bahwa tudingan tersebut tidak benar dan tidak berdasar.

Baca Artikel Menarik Lainnya: Memahami Perbedaan Halal, Haram, Syubhat, dan Belum Halal

“Saya sangat tidak setuju jika penyembelihan secara syariat Islam dianggap kejam dan harus dilarang,” ujar Fadia, Rabu, (22/10).

Ia menjelaskan bahwa proses penyembelihan hewan dalam sistem halal justru dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh tanggung jawab, baik terhadap kesejahteraan hewan maupun keamanan pangan.

Menurut Fadia, ada beberapa aspek penting yang wajib diperhatikan dalam penyembelihan halal, di antaranya:

• Kesehatan hewan, agar terhindar dari stres sebelum disembelih.

• Kompetensi juru sembelih halal (Juleha), yang harus mengikuti pelatihan resmi.

• Kondisi fasilitas dan peralatan, seperti pisau yang tajam, lokasi yang higienis, dan prosedur pemingsanan (stunning) yang sesuai.

• Pengawasan ketat dari penyelia halal di rumah potong hewan.

“Jika proses pemingsanan membuat hewan mati sebelum disembelih, maka daging tersebut justru tidak halal dan tidak layak dikonsumsi,” tegas Fadia.

Fadia juga menekankan bahwa Islam memastikan kesejahteraan hewan dan keamanan pangan (halalan thayyiban). Prinsip ini bukan hanya soal label halal, tetapi juga memastikan bahwa daging yang dikonsumsi berasal dari proses yang bersih, manusiawi, dan etis.

Menanggapi klaim bahwa penyembelihan halal menyebabkan rasa sakit, Fadia menegaskan bahwa hal tersebut keliru. Justru metode penyembelihan sesuai syariat Islam dirancang agar hewan tidak menderita secara berlebihan.

Ia menjelaskan, penyembelihan dilakukan dengan cara:

  1. Menggunakan pisau yang sangat tajam agar proses cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit berkepanjangan.
  2. Memotong tiga saluran utama (urat nadi, tenggorokan, dan saluran napas) dalam satu kali gerakan.
  3. Tidak dilakukan di depan hewan lain, untuk menghindari stres.
  4. Disertai dengan menyebut nama Allah SWT, yang menunjukkan kesadaran spiritual dan tanggung jawab moral dalam setiap prosesnya.

Lebih lanjut, Fadia menilai bahwa penerapan penyembelihan halal tidak bertentangan dengan budaya dan kebiasaan di Inggris.

“Dengan penerapan prosedur yang benar, penyembelihan halal tidak berlawanan dengan customs dan culture di UK. Justru praktik ini menekankan aspek etika dan kebersihan yang universal,” jelasnya.

Prinsip kesejahteraan hewan sejatinya juga diakui dalam berbagai standar internasional, termasuk oleh organisasi seperti World Organisation for Animal Health (WOAH).

Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika dilakukan sesuai kaidah, penyembelihan halal tidak menyebabkan penderitaan yang lebih besar dibanding metode lainnya.

Di tengah meningkatnya kesadaran global tentang etika konsumsi dan keberlanjutan, sistem halal justru bisa menjadi model penyembelihan yang etis dan bertanggung jawab. (AL)

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *