
HALAL CORRIDOR – Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam di seluruh dunia memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Di Indonesia, perayaan ini tak hanya diisi dengan doa, dzikir, dan pengajian, tetapi juga diramaikan dengan tradisi kuliner khas daerah.
Hidangan-hidangan tersebut bukan sekadar makanan, melainkan simbol doa, rasa syukur, dan kebersamaan masyarakat.
Berikut delapan makanan halal khas Maulid Nabi dari berbagai wilayah Nusantara yang unik dan penuh filosofi menurut Kompas, Kamis, (4/9).
Baca Artikel Menarik Lainnya: Cara Memilih Food Tray yang Halal dan Aman
1. Endog-endogan dari Banyuwangi
Di Banyuwangi, Jawa Timur, peringatan Maulid Nabi identik dengan tradisi endog-endogan.
Kata endog berarti telur, nantinya telur yang direbus akan dihias dan dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Biasanya kegiatan ini akan berlangsung sebulan penuh dan berpindah dari satu kampung ke kampung lain.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-18, ketika Islam mulai berkembang di wilayah Kerajaan Blambangan.
Telur dipilih karena melambangkan kelahiran, sesuai makna kelahiran Nabi Muhammad SAW.
2. Kuah Beulangong, Aceh
Dari ujung barat Indonesia, Aceh memiliki sajian khas berupa kuah beulangong.
Hidangan ini berbahan dasar daging kambing dimasak bersama nangka muda dalam kuali besar bernama beulangong.
Tak hanya disajikan saat Maulid Nabi, kuah beulangong juga kerap dihidangkan pada musim panen.
Tradisi ini menguatkan rasa kebersamaan, sebab masyarakat biasanya memasak dan menikmatinya bersama-sama di sawah.
3. Masak Bandeng, Sidoarjo
Sidoarjo, Jawa Timur, punya tradisi masak bandeng saat Maulid Nabi.
Setiap tahun, pemerintah daerah mengadakan pasar murah bandeng menjelang perayaan.
Olahan bandeng seperti bandeng presto, otak-otak bandeng, hingga bandeng bakar menjadi sajian istimewa yang banyak dijumpai di sepanjang jalan kota. Ikan bandeng pun akhirnya menjadi ikon kuliner khas Sidoarjo.
4. Ketupat Sumpil, Kendal
Di Kendal, Jawa Tengah, masyarakat mengenal ketupat sumpil. Sekilas mirip ketupat, tetapi sumpil dibungkus dengan daun bambu berbentuk limas segitiga.
Tradisi ini bermula sejak masa Sunan Kalijaga dan masih dilestarikan hingga kini.
Masyarakat Kaliwungu biasanya saling bertukar ketupat sumpil pada Maulid Nabi sebagai simbol kebersamaan dan doa untuk keberkahan.
5. Nasi Suci Ulam Sari, Pacitan
Pacitan, Jawa Timur, memperingati Maulid Nabi dengan nasi suci ulam sari.
Hidangan ini berupa nasi uduk harum yang disajikan bersama ayam utuh rebus dalam bentuk tumpeng.
Putihnya nasi uduk melambangkan kesucian seperti bayi yang baru lahir.
Tradisi ini menjadi simbol doa agar masyarakat Pacitan selalu diberi keberkahan dan perlindungan Allah SWT.
6. Ampyang Maulid, Kudus
Kudus, Jawa Tengah, punya tradisi unik berupa ampyang maulid. Berbeda dengan ampyang kacang pada umumnya, ampyang maulid adalah nasi kepal lengkap dengan lauk dan kerupuk warna-warni, lalu dibungkus daun jati.
Tradisi kirab ampyang biasanya dipusatkan di Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon.
Sebelum dibagikan kepada masyarakat, makanan ini akan didoakan oleh pemuka agama dan sesepuh desa.
7. Kue Kolombengi dan Wapili, Gorontalo
Di Gorontalo, peringatan Maulid Nabi dihiasi dengan kue kolombengi dan wapili.
Kedua kue ini disusun rapi di atas tolangga, wadah berbentuk menara atau perahu yang penuh berisi kue.
Tradisi ini telah ada sejak abad ke-16, bersamaan dengan masuknya Islam ke Gorontalo.
Hingga kini, kue kolombengi dan wapili masih menjadi bagian penting dalam perayaan Maulid Nabi di sana.
8. Bulukat Kuah Tuhe, Aceh
Selain kuah beulangong, masyarakat Aceh juga menyiapkan bulukat kuah tuhe saat Maulid Nabi.
Hidangan ini terbuat dari pisang, ketan, dan nangka, lalu disajikan dengan kuah gurih.
Bulukat kuah tuhe biasanya juga hadir pada bulan Ramadhan.
Namun, saat Maulid Nabi, makanan ini menjadi salah satu sajian khas yang mempererat silaturahmi masyarakat.
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia tidak pernah lepas dari tradisi kuliner khas daerah. Delapan makanan halal di atas bukan sekadar hidangan, melainkan sarana memperkuat kebersamaan, mengingat kelahiran Rasulullah SAW, serta wujud rasa syukur kepada Allah SWT.Dari Aceh hingga Jawa, setiap daerah menyajikan keunikannya sendiri, menjadikan peringatan Maulid Nabi lebih berwarna sekaligus memperkaya budaya Islam Nusantara.
Tinggalkan Balasan