Mengapa Halal Saja Tidak Cukup? Pentingnya Memahami Konsep Tayyib

Kenapa halal saja tidak cukup? (Freepik)

HALAL CORRIDOR – Dalam kehidupan sehari-hari, istilah halal sering dipahami sebatas boleh atau tidaknya suatu makanan dikonsumsi menurut syariat Islam. Padahal, dalam ajaran Islam, halal tidak pernah berdiri sendiri. Allah SWT selalu menggandengkan halal dengan satu konsep penting lainnya, yaitu tayyib.

Artinya, sesuatu yang halal belum tentu otomatis baik jika tidak memenuhi unsur tayyib. Inilah yang sering luput dari perhatian, terutama di tengah tren gaya hidup modern yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Halal dan Tayyib dalam Al-Qur’an: Satu Kesatuan yang Tak Terpisahkan

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi tayyib.”(QS. Al-Baqarah: 168)

Baca Artikel Menarik Lainnya: Ramai Kampanye Go Vegan, Bagaimana Menurut Islam?

Ayat ini menegaskan bahwa standar konsumsi dalam Islam bukan hanya halal secara hukum, tetapi juga tayyib yaitu baik, bersih, aman, dan membawa kemaslahatan. Tayyib mencakup banyak aspek, mulai dari nilai gizi, dampak kesehatan, cara pengolahan, hingga efek jangka panjang bagi tubuh.

Dengan kata lain, Islam tidak hanya mengatur apa yang boleh dimakan, tetapi juga mengajarkan umatnya untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan hidup.

Seperti yang belakangan ini ramai digaungkan yaitu kampanye go vegan. Secara bahan, pola makan vegan umumnya hanya mengonsumsi sayuran, buah, kacang-kacangan, dan bahan nabati lainnya. Dari sisi kehalalan, bahan-bahan tersebut jelas halal.

Namun pertanyaannya, apakah otomatis tayyib untuk semua orang?

Dari sisi kesehatan, keputusan menjadi vegan perlu dipertimbangkan secara matang. Pola makan vegan berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi tertentu jika tidak direncanakan dengan baik, seperti protein hewani, vitamin B12, zat besi, kalsium, omega-3, dan zinc. Kekurangan nutrisi ini dapat berdampak pada kelelahan kronis, penurunan massa otot, gangguan hormon, hingga masalah daya tahan tubuh.

Dalam konteks ini, makanan vegan memang halal, tetapi belum tentu tayyib bagi setiap individu, terutama jika dijalani tanpa pengetahuan gizi yang cukup atau tanpa kebutuhan medis tertentu.

Contoh lain yang sering terjadi adalah konsumsi makanan halal secara berlebihan atau tidak sehat. Misalnya, makanan yang berbahan halal tetapi tinggi gula, garam, dan lemak, lalu dikonsumsi terus-menerus tanpa kontrol.

Secara hukum, makanan tersebut halal. Namun jika menyebabkan obesitas, diabetes, atau penyakit lainnya, maka unsur tayyib menjadi hilang. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk merusak tubuh sendiri, meski dengan makanan yang halal secara zat.

Begitu pula dengan makanan halal yang diolah secara tidak higienis, terkontaminasi, atau membahayakan kesehatan. Dalam kondisi ini, status halal saja tidak cukup untuk menjadikannya layak dikonsumsi.

Tayyib Menjaga Tujuan Syariat

Konsep tayyib sejalan dengan tujuan utama syariat Islam (maqashid syariah), salah satunya adalah menjaga jiwa dan kesehatan manusia. Apa pun yang halal tetapi membawa mudarat, risiko kesehatan, atau kerusakan tubuh, tidak sejalan dengan prinsip tayyib.

Karena itu, Islam mengajarkan keseimbangan. Tidak berlebih-lebihan, tidak ekstrem, dan tidak melarang diri dari sesuatu yang Allah halalkan tanpa alasan yang dibenarkan.

Di era media sosial, tren gaya hidup mudah sekali menyebar. Namun bagi Muslim, setiap pilihan termasuk soal makanan perlu ditimbang dengan ilmu. Tidak cukup hanya bertanya, “Halal atau tidak?”, tetapi juga, “Apakah ini baik dan menyehatkan bagi saya?”

Karena halal adalah fondasi, dan tayyib adalah penjaganya. Keduanya harus berjalan beriringan agar makanan yang dikonsumsi benar-benar membawa kebaikan, bukan hanya secara hukum, tetapi juga bagi tubuh dan kehidupan secara keseluruhan.

Pada akhirnya, Islam tidak memberatkan umatnya, justru memberi panduan agar manusia hidup lebih sehat, seimbang, dan penuh keberkahan. Mengonsumsi yang halal dan tayyib bukan sekadar aturan, tetapi bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Maka sebelum mengikuti tren apa pun, pastikan pilihan tersebut tidak hanya halal di atas kertas, tetapi juga tayyib dalam dampaknya. (AL)

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *