Candied Salmon Viral di TikTok: Sejarah dan Risiko Kesehatan

Candied Salmon viral

HALAL CORRIDOR – Tren candied salmon tengah memenuhi lini masa TikTok. Banyak influencer mencoba membuat versi mereka sendiri, lengkap dengan tampilan glazur manis yang menggoda. Namun di balik popularitasnya, ada sejarah panjang yang jarang dibahas, sekaligus risiko kesehatan yang perlu dipahami sebelum ikut membuatnya di rumah.

Fenomena candied salmon bukanlah hal baru. Dilansir dari Food & Wine, Selasa (2/12), istilah “permen salmon” bukan berarti permen keras beraroma ikan. Sebenarnya, hidangan ini adalah salmon yang diawetkan, diasapi, lalu diglasir dengan gula atau sirup maple selama proses pengasapan. Kombinasi pengasapan dan pemanis inilah yang menciptakan lapisan karamel pada bagian luarnya.

Baca Artikel Menarik Lainnya: Cara Membuat Mirin Halal untuk Masakan Jepang

Menariknya, meskipun dokumentasi sejarahnya minim, beberapa sumber menyebut bahwa teknik ini sudah digunakan oleh suku-suku asli di wilayah Pasifik Barat Laut sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu. Global Seafoods North America bahkan menuliskan bahwa metode pengasapan salmon berasal dari komunitas Pribumi di kawasan tersebut sebagai teknik pengawetan alami. Jadi sebenarnya, candied salmon bukan tren TikTok modern, tetapi warisan kuliner tradisional yang sangat tua.

Namun kini muncul masalah baru: banyak influencer mencoba membuat candied salmon menggunakan salmon mentah yang tidak melalui proses pengasapan terlebih dahulu. Tak sedikit pula yang menyimpannya di kulkas bercampur bahan makanan lain tanpa prosedur keamanan pangan. Cara seperti ini jelas meningkatkan risiko kontaminasi silang dan penyakit bawaan makanan (foodborne illness).

Menurut Halodoc, ikan mentah berpotensi mengandung bakteri dan parasit penyebab penyakit. Parasit hidup dengan bergantung pada tubuh inangnya tanpa memberikan manfaat apa pun. Meskipun gejalanya tidak selalu muncul seketika, beberapa parasit dapat memicu gangguan kesehatan serius dalam jangka panjang. Salah satunya adalah infeksi Salmonella, yang dapat menyebabkan diare, demam, hingga kram perut. Gejala ini biasanya muncul dalam satu hingga tiga hari setelah seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Dalam perspektif Islam, semua jenis ikan pada dasarnya halal. Namun konsep halal selalu berjalan berdampingan dengan tayyib, yaitu baik dan aman dikonsumsi. Artinya, halal bukan hanya soal jenis hewan, tetapi juga bagaimana makanan itu diolah. Jika sebuah tren kuliner hanya mengikuti FOMO tetapi menimbulkan potensi bahaya, lebih baik ditinggalkan atau dipelajari dulu cara pengolahannya yang benar.

Pada akhirnya, candied salmon bisa menjadi hidangan lezat dan bernutrisi jika dibuat dengan teknik yang tepat yaitu diawetkan, diasapi, dan diproses sesuai standar keamanan pangan. Bukan sekadar dipotong mentah lalu ditaburi gula. Di era makanan viral seperti sekarang, kehati-hatian menjadi kunci. Sebelum mencoba tren baru dari media sosial, pastikan selalu memperhatikan aspek kesehatan, keamanan, dan tayyib agar tubuh tetap terlindungi. (AL)

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *