
HALAL CORRIDOR – Emulsifier adalah bahan tambahan yang umum digunakan dalam industri makanan, minuman, hingga kosmetik. Fungsinya adalah mencampurkan dua zat yang tidak bisa menyatu, seperti minyak dan air.
Tapi di balik peran pentingnya, emulsifier ternyata menyimpan titik kritis dalam aspek kehalalan yang perlu diwaspadai, terutama bagi produsen dan konsumen Muslim.
Dilansir dari berbagai sumber dan fatwa lembaga sertifikasi halal, titik kritis halal emulsifier terletak pada bahan asal dan proses produksinya. Emulsifier bisa berasal dari bahan nabati, hewani, maupun sintetis.
Nah, di sinilah letak masalahnya: jika berasal dari hewan, maka harus dipastikan hewannya halal dan disembelih sesuai syariat Islam.
Salah satu jenis emulsifier yang sering jadi sorotan adalah mono- dan digliserida. Bahan ini bisa berasal dari lemak sapi, babi, atau tumbuhan.
Jika dari lemak hewani dan tidak jelas asalnya, maka status halalnya menjadi syubhat atau diragukan.
Baca Artikel Menarik Lainnya: Mengenali Titik Kritis Halal dari Tempe
Tak hanya itu, proses produksi emulsifier juga bisa menyentuh titik kritis lain, seperti penggunaan enzim dalam pembuatan lemak turunan atau penggunaan alkohol dalam proses ekstraksi.
Walau dalam kadar kecil, penggunaannya tetap harus diawasi agar tidak mencemari kehalalan produk akhir.
Yang sering luput dari perhatian konsumen adalah emulsifier tidak selalu ditulis secara eksplisit di label kemasan.
Terkadang, ia hanya muncul dalam bentuk kode seperti E471, E472, atau nama kimia yang tidak familiar. Padahal, kode-kode ini bisa merujuk pada bahan kritis yang perlu ditelusuri asalnya.
Di industri kosmetik dan farmasi, emulsifier juga banyak digunakan dalam krim, lotion, hingga suplemen kesehatan.
Baca Artikel Menarik Lainnya: Titik Kritis: Bahasan Sertifikasi Halal yang Jarang Dipahami Pelaku Usaha
Maka penting bagi pelaku usaha untuk memahami standar kehalalan bahan ini agar produknya dapat diterima pasar halal global.
Menurut Halal Corridor, sebagai lembaga pendamping halal, banyak pelaku UMKM yang belum menyadari bahwa emulsifier bisa jadi sumber ketidaksesuaian saat audit halal.
Oleh karena itu, penting bagi pelaku usaha untuk melakukan penelusuran bahan (traceability) dan meminta dokumen pendukung dari pemasok.
Langkah terbaik adalah memilih emulsifier yang sudah memiliki sertifikat halal resmi dari lembaga terpercaya. Bila tidak ada, pelaku usaha harus mencari alternatif bahan lain yang lebih jelas kehalalannya.
Konsumen juga dihimbau untuk lebih teliti saat membaca label kemasan, terutama produk impor.
Jika ragu, jangan ragu bertanya langsung kepada produsen atau mencari informasi melalui aplikasi pengecekan produk halal.
Dengan semakin berkembangnya industri halal global, kesadaran akan titik kritis seperti emulsifier ini sangat penting.
Bukan hanya untuk memenuhi kewajiban syariah, tetapi juga untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan daya saing produk halal Indonesia di pasar dunia. (AL)
Tinggalkan Balasan